RSS

Arsip Bulanan: Oktober 2014

Mitos menjadi fakta

Mitos Sebagai Budaya (Kebiasaan?) Bangsa

Mitos. Kata yang sering timbul di kepala ketika mendengarkan orang tua –yang dianggap kuno- sedang bercerita tentang hal-hal yang tidak masuk akal. Mitos erat kaitannya dengan legenda atau cerita rakyat yang tidak selalu jelas asal-usulnya. Sebagai bagian dari bangsa timur, nusantara memiliki beragam mitos yang populer di masyarakat. Mitos, yang terus ditanamkan oleh orang tua kepada anaknya sejak balita, akan menjadi sebuah aturan, bahkan kepercayaan. Mitos yang disampaikan dalam masyarakat tidak melulu tentang perilaku manusia, tapi juga tentang obat-obatan tradisional, dari yang herbal sampai yang berbau klenik.

Untuk menemukan solusi untuk sebuah masalah, nenek moyang kita tak pernah melakukan pengujian ilmiah. Insting, pengetahuan implisit dan keyakinan, cukup untuk membuat sesuatu yang tidak masuk akal menjadi solusi sebuah masalah. Contoh yang saat ini masih tersisa adalah mengerok punggung (kerokan) pada saat masuk angin. Ketika diuji secara ilmiah, kerokan tidak membuat angin keluar dari tubuh. Kerokan akan membuat rangsangan nyeri di punggung, sehingga nyeri yang lama akan berkurang, bahkan menghilang. Pun seperti itu faktanya, masyarakat masih menganggap kerokan sebagai salah satu pengobatan alternatif untuk membuat angin keluar atau sekedar membuat badan lebih ringan ketika masuk angin. Kerokan telah menjadi sesuatu yang wajar dilakukan ketika masuk angin.

Sesuatu yang dianggap sebagai kewajaran lahir dari kebiasaan-kebiasaan di lingkungan sosial. Sebuah kewajaran pula bila, pada zaman dahulu, seseorang sedang sakit pergi ke dukun atau paranormal untuk berobat. Dan mereka pun sembuh, seperti masyarakat modern sehabis berobat dari dokter. Sesuatu yang tidak bisa diterima akal sehat, tentunya. Seorang dukun yang dapat menyembuhkan pasiennya tidak dapat dibuktikan dengan fakta-fakta ilmiah, yang oleh bangsa barat terus diagung-agungkan untuk menemukan kebenaran. Namun dalam ketidakilmiahan tersebut terdapat sebuah keyakinan untuk sembuh dari dalam diri pasien ketika pergi ke dukun. Mitos menjadi sebuah keyakinan dan melahirkan sugesti yang akan menghasilkan energi. Ketika “sesuatu” diberikan sugesti positif, maka “sesuatu” tersebut menghasihkan energi positif. Kerokan dan berobat ke dukun merupakan contoh nyatanya.

Mitos yang diberikan oleh para orang tua secara tidak langsung mengajarkan bangsa ini untuk tetap memberikan sugesti positif terhadap segala sesuatu. Namun, dengan menjamurnya modernisme di berbagai tempat, mitos para orang tua mulai tergusur layaknya kebudayaan lokal yang mulai luntur. Budaya kritis mulai terbenuk untuk merekonstruksi nilai-nilai yang telah ada. Sikap kritis masyarakat modern melulu menuntut fakta ilmiah untuk menjelaskan segala sesuatu dan mencari kebenaran, tak terkecuali untuk menjelaskan dan mencari kebenaran tentang Tuhan. Oleh sebab itu, kepercayaan terhadap sesama kian memudar.

Saat ini, mitos diasosiasikan sebagai sebuah kepalsuan atau kebohongan para leluhur yang hanya dapat dipercayai oleh anak kecil. Kepercayaan terhadap sebuah mitos dianggap kebodohan, menipu diri sendiri. Namun sejarah mengatakan bahwa manusia akan selalu memerlukan mitos untuk memuaskan dirinya sendiri, layaknya onani.

 
Tinggalkan komentar

Ditulis oleh pada Oktober 31, 2014 inci Uncategorized

 

Ikhtisar B.Indonesia

1. FUNGSI DAN KEDUDUKAN BAHASA INDONESIA
• KEDUDUKAN DAN FUNGSI BAHASA INDONESIA SEBAGAI BAHASA NASIONAL
Kedudukan pertama bahasa Indonesia adalah sebagai bahasa persatuan. Hal ini tercantum dalam Sumpah pemuda (28-10-1928). Ini berarti bahwa bahasa Indonesia berkedudukan sebagai Bahasa Nasional. Kedua adalah sebagai bahasa negara.
Dalam kedudukannya sebagai Bahasa Nasional, Bahasa Indonesia memiliki beberapa fungsi yaitu :
1. Lambang kebanggaan kebangsaan
2. Lambang identitas nasional
3. Alat perhubungan
4. Alat pemersatu bangsa

• KEDUDUKAN DAN FUNGSI BAHASA INDONESIA SEBAGAI BAHASA NEGARA
Bahasa negara sama saja dengan bahasa nasional atau bahasa persatuan artinya bahasa negara merupakan bahasa primer dam baku yang acapkali digunakan pada kesempatan yang formal.

2. Pengertian Ragam bahasa
Ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara, orang yang dibicarakan, serta menurut medium pembicara (Bachman, 1990). Seiring dengan perkembangan zaman yang sekarang ini banyak masyarakat yang mengalami perubahan. Bahasa pun juga mengalami perubahan. Perubahan itu berupa variasi-variasi bahasa yang dipakai sesuai keperluannya. Agar banyaknya variasi tidak mengurangi fungsi bahasa sebagai alat komunikasi yang efisien, dalam bahasa timbul mekanisme untuk memilih variasi tertentu yang cocok untuk keperluan tertentu yang disebut ragam standar (Subarianto, 2000)

Macam-macam ragam Bahasa Indonesia dapat dibagi menjadi 3 jenis yaitu

1. berdasarkan media
2. berdasarkan cara pandang penutur
3. berdasarkan topik pembicaraan.

3. Ejaan
Ejaan adalah penggambaran bunyi bahasa (kata, kalimat, dsb) dengan kaidah tulisan (huruf) yang distandardisasikan dan mempunyai makna. Ejaan biasanya memiliki tiga aspek yaitu
1. aspek fonologis yang menyangkut penggambaran fonem dengan huruf dan penyusunan abjad
2. aspek morfologis yang menyangkut penggambaran satuan-satuan morfemis
3. aspek sintaksis yang menyangkut penanda ujaran berupa tanda baca.
Huruf Vokal
Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf a, e, i, o,dan u. Contoh pemakaian dalam kata vokal di awal di tengah di akhir pada huruf a seperti api, padi, lusa. Dalam vokal e seperti enak, petak, sore, sedangkan dalam vokal i contohnya itu, simpan, murni. Serta dalam vokal o seperti oleh, kota, radio, dan terakhir pada vokal u contohnya ulang, bumi, ibu. Dalam pengajaran lafal kata, dapat digunakan tanda aksen jika ejaan kata menimbulkan keraguan.
Huruf Konsonan
Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf-huruf b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z. Huruf k di sini melambangkan bunyi hamzah khusus untuk nama dan keperluan ilmu.
4. DIKSI
Diksi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pusat bahasa Departemen Pendidikan Indonesia adalah pilihan kata yg tepat dan selaras (dalam penggunaannya) untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu (seperti yang diharapkan). Fungsi dari diksi antara lain :
• Membuat pembaca atau pendengar mengerti secara benar dan tidak salah paham terhadap apa yang disampaikan oleh pembicara atau penulis.
• Untuk mencapai target komunikasi yang efektif.
• Melambangkan gagasan yang di ekspresikan secara verbal.
• Membentuk gaya ekspresi gagasan yang tepat (sangat resmi, resmi, tidak resmi) sehingga menyenangkan pendengar atau pembaca.
5. KALIMAT EFEKTIF
Kalimat efektif adalah kalimat yang memiliki kemampuan untuk menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca seperti apa yang ada pada pikiran pembicara dan penulis. Kalimat yang efektif mampu membuat isi atau maksud yang disampaikannya itu tergambar lengkap dalam pikiran si penerima (pembaca) persis seperti apa yang disampaikan.

Kesalahan-kesalahan yang fatal sering terjadi pada bagian kelompok kata yang memiliki keterangan dengan tafsiran pengertian yang ganda, seperti mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal, anak ibu yang nakal itu dan yang lain-lainnya, yang menyebabkan pembaca atau pendengar harus menafsirkan arti yang berlainan dengan penulis atau pembicara. Kalimat dikatakan efektif bila mampu membuat proses penyampaian dan penerimaan itu berlangsung dengan sempurna).

Kalimat yang efektif adalah kalimat yang memenuhi syarat-syarat berikut:
(1) secara tepat dapat mewakili gagasan atau perasaan pembicara atau penulis,
(2) sanggup menimbulkan gagasan yang sama tepatnya dalam pikiran pendengar atau pembaca seperti yang dipikirkan oleh pembicara atau penulis. oleh sebab itu, kalimat sangat mengutamakan keefektifan informasi sehingga kejelasan kalimat itu dapat terjamin.

6. Alinea
Alinea atau Paragraf adalah kesatuan pikiran yang lebih luas daripada kalimat, berupa penggabungan beberapa kalimat yang mempunyai satu gagasan atau satu tema. Meskipun demkian, ada juga alinea yang hanya terdiri dari satu kalimat saja, penyebabnya antara lain :
1. Kurang dikembangkan oleh penulis
2. Sebagai peralihan antara bagian-bagian karangan
3. Dialog antar narasi diperlakukan sebagai satu alinea

Adapun tujuan pembentukan alinea adalah :
a. Memudahkan pegertian dan pemahaman terhadap satu tema
b. Memisahkan dan menegaskan perhentian secara wajar dan normal.

Persyaratan Alinea :
a. Memiliki kesatuan alinea : dalam satu alinea hanya memiliki satu pokok pikran.
b. Memiliki kepaduan alinea atau koherensi.
Koherensi alinea dapat diciptakan melalui susunan yang logis dan perkaitan antar kalimat, dengan cara repetisi, kata ganti, dan kata sambung.

7. PERENCANAAN KARANGAN ILMIAH
Perencanaan Penulisan Karangan Ilmiah
Tahap Pra-penulisan
1. Menentukan topik
2. membatasi topik
3. menentukan bahan atau materi
4. menyusun kerangka karangan
Tahap Penulisan
Membahas setiap butir topik yang ada di dalam kerangka karangan berupa kalimat-kalimat yang kemudian disusun menjadi paragraf-paragraf yang memenuhi persyaratan.

Tahap Revisi
Memperbaiki ide-ide dalam karangan, berfokus pada penambahan, pengurangan, penghilangan, panataan isi sesuai dengan kebutuhan pembaca.
Membaca ulang seluruh draft
Berbagi pengalaman tentang draft kasar karangan.
Merevisi dengan memperhatikan reaksi, komentar atau masukan.

Pemilihan Topik
Topik adalah segala hal yang ingin dibahas atau pokok pembicaraan.
Hal yang harus diperhatikan:
1. Memiliki manfaat dan layak dibahas
2. Topik itu cukup menarik terutama bagi penulis
3. Topik itu dikenal baik
4. Bahan yang diperlukan dapat diperoleh dan cukup memadai
5. Topik itu dapat terlalu luas dan tidak terlalu sempit
2. Pembahasan Topik
Topik terlalu umum atau luas, yang tidak sesuai dengan kemampuan penulis untuk membicarakannya, dapat dibatasi ruang lingkupnya. Hal ini dilakukan agar penulis hanyut dalam suatu persoalan yang tidak habis-habisnya dan dapat menulis dengan suatu tujuan khusus
Topik dan Judul
Judul tidak sama dengan topik. Di dalam karya ilmiah, judul harus tepat menunjukkannya topiknya. Penentuan judul harus dipikirkan secara serius dengan mengingat beberapa syarat berikut:
1. harus bebentuk frasa;
2. tanpa ada singkatan atau akronim;
3. awal kata harus huruf kapital kecuali preposisi dan konjungsi;
4. tanpa tanda baca di akhir judul karangan;
5. menarik perhatian;
6. logis; dan sesuai isi

Menentukan Tujuan Penulisan
Menentukan Bahan Penulisann
1. Sumber bahan penulisan
2. Perpustakaan sebagai sumber bahan penulisan
3. kartu-kartu katalog
4. Pengamatan langsung
Membuat Kerangka Karangan
Jenis-Jenis Karangan Ilmiah
1. Skripsi adalah karangan ilmiah yang mengemukakan pendapat penulis berdasarkan pendapat orang lain yang ditulis untuk menjadi syarat tugas akhir pada pendidikan strata satu (S1).
2. Tesis adalah karangan ilmiah sebagai tugas akhir dalam pendidikan strata dua. Isinya merupakan pendalaman dari salah satu aspek atau segi program studi yang diikuti. Tesis juga diujikan dalam satu sidang ujian tesis.
3. Disertasi adalah karya ilmiah resmi akhir seorang mahasiswa dalam menyelesaikan prram S3 ilmu pendidikan

8. KERANGKA KARANGAN

Kerangka karangan adalah rencana penulisan yang memuat garis-garis besar dari suatu karangan yang akan ditulis, dan merupakan rangkaian ide-ide yang disusun secara sistematis, logis, jelas, terstruktur, dan teratur. Kerangka karangan dibuat untuk mempermudah penulisan agar tetap terarah dan tidak keluar dari topik atau tema yang dituju. Pembuatan kerangka karangan ini sangat penting, terutama bagi penulis pemula, agar tulisan tidak kaku dan penulis tidak bingung dalam melanjutkan tulisannya.

Manfaat Kerangka Karangan
Adapun manfaat kerangka karangan secara umum adalah untuk menyusun karangan secara teratur. Selain itu ada beberapa manfaat kerangka karangan, antara lain :

a. Mempermudah pembahasan tulisan.

b. Menghindari isi tulisan keluar dari tujuan awal.

c. Menghindari penggarapan sebuah topik sampai dua kali atau lebih.

d. Memudahkan penulis mencari materi tambahan.

e. Menjamin penulis bersifat konseptual, menyeluruh, dan terarah.

f. Memudahkan penulis mencapai klimaks yang berbeda-beda.

Dengan adanya kerangka karangan, penulis bisa langsung menyusun tulisannya sesuai butir-butir bahasan yang ada dalam kerangka karangannya. Kerangka karangan merupakan miniatur dari sebuah karangan. Dalam bentuk ini, karangan tersebut dapat diteliti, dianalisi, dan dipertimbangkan secara menyeluruh.

Syarat-syarat Kerangka Karangan yang Baik

Adapun syarat-syarat kerangka karangan yang baik antara lain :

a. Pengungkapan maksudnya harus jelas.

b. Tiap unit dalam kerangka karangan hanya mengandung satu gagasan.

c. Pokok-pokok dalam kerangka karangan harus disusun secara logis.

d. Harus menggunakan pasangan simbol yang konsisten.

9. KUTIPAN DAN DAFTAR PUSTAKA

Kutipan adalah pengambil alihan satu klimat atau lebih dari karya tulisan lain untuk tujuan ilustrasi atau memperkokoh argument dalam tulisan itu sendiri. Kutiupan sering kita pakai dalam penulisan karya ilmiah.

Bahan-bahan yang dimasukkan dalam sebagai kutipan adalah bahan yang tidak/belum menjadi pengetahuan umum,hasil-hasil penelitian terbaru dan pendapat-pendapat seseorang yang tidak/belum menjadi pendapat umum.jadi,pendapat pribadi tidk perlu dimasukkan sebagai kutipan.

Prinsip Mengutip
Dalam mengutip kita harus menyebutkan sumbernya. Hal itu dimaksudkan sebagai pernyataan penghormatan kepada orang yang pendapatnya dikutip ,dan sebagai pembuktian akan kebenaran kutipan tersebut. Cara penyebutan kutioan ada 2 cara,yaitu system catatan kaki dan sistem catatan langsung ( catatan perut ).Kita harus memilih salah satu dan harus konsisten.

Jenis Kutipan
Menurut jenisnya kutipan dapat dibedakan atas kutipan langsung dan kutipan tidak
langsung.
•Kutipan langsung adalah pinjaman pendapat dengan mengambil secara lengkap kata demi kata, kalimat demi kalimat dari sebuah teks aslinya.
•Sebaliknya, kutipan tidak langsung adalah pinjaman pendapat dari seorang penulis atau tokoh terkenal berupa saripati atau ikhtisar dari pendapat tersebut.

 
Tinggalkan komentar

Ditulis oleh pada Oktober 31, 2014 inci Uncategorized